Rabu, 24 Juli 2013

Berlabel Mahasiswi, Agar bisa Pasang Tarif Tinggi



Status mahasiswi rupanya bisa dimanfaatkan untuk meraup keuntungan. Biasanya, para wanita yang 'jualan' membawa embel-embel itu untuk menaikkan posisi tawarnya. Label mahasiswi memang cukup digandrungi para pria hidung belang.



"Bisa jadi mahasiswi drop out, tapi mengaku-ngaku biar pengaruh ke tarif," kata Sosiolog UIN Syarif Hidayatullah Musni Umar kepada merdeka.com, Jumat (8/2).

Musni mengaku miris melihat fenomena mahasiswi yang nyambi jadi ayam kampus. Seharusnya, kata Musni, sebagai intelektual muda mahasiswi fokus pada studi, bukan justru melakukan perbuatan menyimpang.

"Seperti itu tidak terpuji, orang ingin mendapatkan sesuatu secara mudah," katanya.

Salah seorang ayam kampus, sebut saja Amelia (21) menolak anggapan jika mahasiswi yang menyediakan jasa plus-plus diuntungkan oleh status. Menurutnya, paling utama adalah penampilan.

"Kalau cantik, penampilan menarik, sudah pasti dicari," kata mahasiswi semester 5 Fakultas Komunikasi itu.

Amelia yang sudah tiga tahun menjadi ayam kampus mengaku tak kesulitan untuk mencari pelanggan. Meski bertarif cukup tinggi jika dibanding pekerja seks komersil (PSK), para ayam kampus selalu diburu.

"Kita tidak perlu nyari-nyari, nanti juga pelanggan datang sendiri," kata Amelia dengan senyum genitnya.



Minggu, 21 Juli 2013

Ayam Kampus Lagi Narsis Sampai Bugil


Para mahasiswi yang nyambi jadi penjaja sex (Ayam Kampus) kesehariannya kadang terlihat normal-normal saja, tak terlihat gelagat sebagai cewek nakal.
Banyak diantara mereka yang kelihatan seperti acuh tak acuh ama lingkungan,
Tapi mayoritas para Ayam Kampus ini lebih sering bergaul dengan orang-orang yang pola pikirnya lebih dewasa dan modern.
Mereka (Ayam Kampus) cenderung memilih-milih teman untuk bergaul,
Karena mereka lebih mendahulukan Uang dan kesenangan daripada kenyamanan dalam berteman.

Banyak Ayam Kampus yang hobby Narsis dan tampil sexy dalam berfose,
Bahkan mereka tampil Fullgard sampai bugil di depan kamera..

Berikut beberapa contoh foto Narsis dan Sexy para Ayam Kampus..










Rabu, 10 Juli 2013

Cerita Ayam Kampus, Demi Nafkah Atau sekedar Eksistensi..?



Mahasiswi nyambi 'jualan' sebenarnya bukanlah cerita baru di Jakarta maupun kota-kota besar lainnya. Mereka masuk dalam golongan penjaja cinta kelas wahid karena berpendidikan. Dan sudah tentu lebih memiliki nilai jual ketimbang wanita yang menjajakan diri di pinggir jalan.

Sebutan sebagai ayam kampus pun sudah sangat familiar. Pola kerja para 'ayam' biasanya, pagi hingga siang atau sore kuliah, malamnya kelayapan. Entah dengan siapa, yang penting kantong bertambah.

Pandangan miring akhirnya tak bisa dihindarkan, dan sudah barang tentu ini berdampak juga ke mahasiswi yang sejatinya benar-benar ingin kuliah. Tak jarang stigma tempat ayam kampus berkumpul diberikan ke universitas tertentu.

Secara kasat mata memang sangat sulit dibedakan mana mahasiswi plus-plus. Biasanya mereka menutup rapat-rapat identitasnya sebenarnya. Dan hanya dengan mahasiswi yang satu profesi para wanita itu mau terbuka.

"Tahu sama tahu saja, dari gayanya, cara bicaranya, sama-sama bisa nilai lah," ujar salah seorang ayam kampus, Amelia (21) bukan nama sebenarnya sambil tersenyum.



Cerita soal ayam kampus kembali menjadi topik hangat, karena kasus suap impor daging sapi. Kenapa? Sebab, ada seorang mahasiswi bernama Maharany Suciyono ikut dicokok KPK saat operasi tangkap tangan di Hotel Le Meridien.

Lembaga antikorupsi menangkap Ahmad Fathanah yang diduga menerima uang suap Rp 1 miliar. Dan lebih menghebohkan ternyata Maharany dibayar cukup mahal Rp 10 juta untuk menemani ngobrol. Muncul anggapan jika mahasiswi Moestopo itu ayam kampus, namun Maharany tegas membantah.

"Namanya manusia, saya tidak munafik, saya terima uang itu. "Ini uang buat apa? Dan dia (Ahmad Fathonah) bilang kalau uang itu untuk perkenalan," ujar Rany sapaan Maharany.

Saat ini memang sulit dilacak penyebaran ayam kampus ada di universitas mana saja. Meski tak terorganisir, tetapi pola kerja para ayam kampus terbilang cukup rapi. "Ya dari mulut ke mulut saja, jadi tak terlalu repot," kata Camelita.